Jumat, 16 Desember 2016

Diet Diabetes Mellitus

DIET PADA DIABETES MELLITUS

1 Penurunan berat badan sebagai pemicu berkurangnya risiko terkena DM tipe 2
Kelebihan berat badan merupakan salah satu faktor risiko dari diabetes mellitus tipe 2 yang dapat dimodifikasi. Kelebihan berat badan ini dapat diketahui dari penghitungan BMI. Pada perempuan hubungan antara BMI dengan diabetes lebih kuat dibanding laki-laki. Ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Nurses’ Health Study (NHS) dengan metode kohort terhadap individu yang berisiko mendapatkan hasil sebagai berikut : rasio risiko diabetes adalah 38,8 untuk individu dengan BMI 35 kg / m2 dan 20,1 untuk BMI 30 - 35 kg / m2 dibandingkan dengan BMI <23 kg / m2. Risiko terkena DM karena kelebihan berat badan lebih tinggi dibanding kurangnya aktivitas fisik. (Salas, Martinez et al (2011))
            Penurunan berat badan pada penderita obesitas mempunyai efek yang baik pada sensitivitas insulin dan kontrol glikemik sehingga dapat mengurangi risiko terkena diabetes mellitus. Ini didukung oleh penelitian NHS dengan hasil wanita yang berhasil menurunkan berat badan sebesar 5 kg selama periode 10 tahun dapat menurunkan risiko diabetes sebesar 50% atau lebih. Selain NHS, Akan et al. juga  menemukan hubungan antara penurunan berat badan dengan penurunan risiko setelah melakukan penelitian selama 13 tahun. Penurunan berat badan ini dapat dilakukan dengan mengintervensi gaya hidup berupa kombinasi diet dan peningkatan aktivitas fisik. (Salas, Martinez et al (2011))
2 Gaya hidup dalam penurunan risiko terkena DM tipe 2
Perubahan gaya hidup yang berupa diet dan peningkatan aktivitas fisik berkaitan dengan penurunan risiko terkena diabetes mellitus. Ini dibuktikan dari beberapa penelitian, seperti: a) penelitian Da Qing di Cina dari 577 sampel dengan hasil pada kontrol gaya hidup dapat menurunkan risiko diabetes sebanyak 67% ; b) Penelitian The Finnish Diabetes Prevention Study (FDP) dengan 522 dengan penurunan risiko DM  sebanyak 23% pada kontrol gaya hidup; c)  Pada program pencegahan diabetes dari 3234 sampel overweight  dan 50% dari partisipan yang berhasil menurunkan berat badan sesuai tujuan akhir program ini berkaitan dengan berkurangnya risiko terkena diabetes sebanyak 58%.(Salas, Martinez et al (2011))
            Diet dan peningkatan aktivitas fisik berperan penting dalam penurunan berat badan pada obesitas sehingga risiko terkena diabetes menurun. Seperti penelitian post hoc analisis yang dilakukan FDP menyatakan bahwah diet rendah lemak total dan tinggi serat hasilnya signifikan terhadap penurunan berat badan dan menurunkan risiko DM. Selain melakukan pola diet, peningkatan aktivitas fisik juga mempunyai efek terhadap penurunan risiko DM. Kalau kedua hal ini dilakukan secara bersamaan maka hasilnya  lebih baik dibanding hanya melakukan salah satunya saja. (Salas, Martinez et al (2011))
3 Efek pemilihan makanan terhadap pencegahan DM tipe 2
Beberapa contoh makanan dan minuman yang berpengaruh terhadap risiko DM. (Salas, Martinez et al (2011))
a.  Makanan yang dapat menurunkan risiko terkena DM tipe 2 seperti:
1. Kopi dan teh
Dari beberapa penyelidikan yang bersifat observasional mendapat hasil jika banyak minum kopi dan the (3-4 gelas/hari) dapat menurunkan risiko diabetes, tetapi ini masih belum terbukti secara ilmiah karena kafein tidak berhubungan dengan penurunan risiko DM sehingga perlu penelitian lebih lanjut. 
2. Buah dan sayuran
Peningkatan konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko diabetes mellitus.
3. Kacang-kacangan
Asupan kacang yang teratur dapat menurunkan risiko komplikasi penyakit jantung pada diabetes mellitus karena menurunkan konsentrasi LDL, inflamasi, oksidative stress dan resisten insulin.
4. Minuman beralkohol
konsumsi alkohol berhubungan terbalik terhadap peningkatan risiko diabetes mellitus dan kaya akan phenolic yang mampu meningkatkan produksi insulin, tetapi masih sedikit yang meneliti.
b. Makanan yang meningkatkan risiko terkena DM seperti     
1. Telur
Konsumsi telur berlebih dapat menaikkan konsentrasi kolesterol dalam darah dan meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus dengan merusak sel islet.
2. Susu
Produk susu merupakan sumber penting SFA dan pada beberapa kasus termasuk sumber TFA sehingga susu dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus.
2.4 Pola diet
Pola diet dapat dijadikan acuan yang paling bagus dalam menilai apakah diet yang dilakukan berdampak baik terhadap risiko diabetes mellitus. Adapun pola diet yang berhubungan dengan diabetes mellitus ada tiga yaitu:
a)      Western diet
Mempunyai kharakteristik tingginya konsumsi terhadap daging merah, daging olahan, telur, manisan, makanan penutup, kentang goreng, dan produk susu tinggi lemak.
b)      Prudent diet
Kandungannya tinggi akan sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan, ikan, dan produk susu rendah lemak.
c)      Mediterranean diet
mirip dengan prudent diet tetapi memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi secara keseluruhan karena lemaknya didapat dari MUFA dalam bentuk minyak zaitun dan alkohol (anggur merah) dalam jumlah yang cukup besar.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pola western diet dapat meningkatkan risiko diabetes mellitus tipe 2, sedangkan pola prudent dan Mediterranean diet mampu menurunkan risiko terkena DM tipe 2. Peningkatan atau penurunan risiko DM ini dipengaruhi oleh kandungan makanan yang ada pada pola diet itu sendiri. (Salas, Martinez et al (2011))
2.5 Diet, infamasi dan diabetes
Diabetes mellitus berhubungan dengan penyakit kronik, peradangan yang ringan, berhubungan dengan jaringan adipose dan tanda inflamatori yang mengganggu kerja insulin. Hal ini akan membuat produksi CRP meningkat. Penurunan berat badan dengan pola diet adalah salah satu cara untuk menurunkan tingkat CRP dalam tubuh, sehingga ini juga berkaitan terhadap penurunan risiko terkena DM. (Salas, Martinez et al (2011))
Pola diet yang mengandung rendah indeks glikemik, tinggi serat, MUFA/PUFA, magnesium dan antioksidan mampu menurunkan proses oksidasi atau inflamasi dan disfungsi endothelial. Sehingga produksi insulin meningkat dan hal ini dapat menurunkan risiko terkena DM tipe 2. Sedangkan pola diet yang mengandung indeks glikemik yang tinggi, SFA, dan TFA mempunyai efek sebaliknya. Sehingga pola diet ini dapat meningkatkan risiko terkena DM. (Salas, Martinez et al (2011))

Pola western diet mengandung indeks glikemik tinggi, SFA, dan TFA. Sedangkan Pola prudent diet dan Mediterranean diet mengandung indeks glikemik rendah, tinggi serat, MUFA/ PUFA, magnesium, antioksidan. Sehingga pola western diet tidak baik digunakan pada orang yang berisiko terkena diabetes, kebalikannya pola prudent diet dan Mediterranean diet sangat dianjurkan pada orang yang berisiko terkena DM. (Salas, Martinez et al (2011))

Tipe-tipe fobia spesifik

TIPE-TIPE FOBIA SPESIFIK
Fobia adalah rasa takut yang berlebihan terhadap objek atau situasi tertentu. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, serta kepanikan yang parah. Fobia dibagi menjadi 2 yaitu fobia spesifik dan komplek.
Fobia spesifik adalah fobia terhadap beberapa hal yang spesifik, fobia ini biasanya mulai terjadi pada anak-anak sampai dewasa. Ada beberapa subtipe dari fobia spesifik:
1. animal type : ditandai dengan adanya ketakutan terhadap binatang atau serrangga. Biasanya terjadi pada masa kecil.
2. natural environment type : ditandai dengan adanya ketakutan pada objek-objek dalam lingkungan alami, seperti : badai, ketinggian, atau air. Subtipe ini  mempunyai onset masa kecil .
3. blood injection injury type : ditandai dengan adanya ketakutan melihat darah, cedera, ataupun menerima prosedur medis seperti injeksi.
4. situational type : ketakutan situasi tertentu seperti : transportasi umum, lorong, jembatan, pesawat terbang atau tempat tertutup. Subtipe ini mempunyai 2 onset yaitu saat masa kecil dan dipertengahan umur 20-an.
5. other type : ditandai dengan adanya ketakutan pada stimulasi lain. Stimulus dapat berupa ketakutan saat tersedak, muntah, menderita penyakit, anak anak takut terhadap suara yang keras atau karakter berkostum.

Dapus:
Sadock BJ ; Sadock VA . Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed.EGC, Jakarta: 2004.

Minggu, 27 Maret 2016

Anatomi ginjal



ANATOMI GINJAL (MAKROSKOPIS)

A.    MAKROSKOPIS GINJAL

Ginjal dilihat dari luar memiliki 2 margo (lateral dan medial), 2 ekstremitas (superior dan inferior), hilum (celah yang terdapat pada bagian margo medial tempat masuknya pelvis renal, arteri dan vena renalis), dan pelvis renalis saluran yang menuju ke ureter.
         


Gambar1. gambaran ginjal dari luar
Bagian dalam ginjal dapat dibagi menjadi 2 yaitu kortek yang berwarna lebih gelap dan medulla yang berwarna lebih terang.
a.   Korteks terdiri dari columna renalis (bagian korteks yang masuk kedalam medulla), dan prosesus radii (berupa tonjolan di bagian korteks)

b.    Medulla terdiri dari pyramid renalis, papilla renalis (letaknya diujung dari pyramid renalis dan invaginasi ke dalam kalix minor), kalix minor dan kalix mayor.


Gambar2. Gambaran dalam ginjal



B.     Vaskularisasi dan Inervasi Ginjal

      Vaskularisasi ginjal = AORTA pars abdominal -- A. renalis -- A. segmental -- A. Lobaris -- A. Interlobaris -- A. Arquata -- A. Intralobularis -- pertukaran oksigen dan karbondioksida -- Vena-vena kecil dalam ginjal -- bergabung di Vena Renalis -- Vena cava inferior
-          
           Inervasi = Plexus renalis, simpatis dari nervus T10- T12.
 
Gambar3. Vaskularisasi ginjal



Referensi :
Anne M.R Agur, Arthur F. Dalley. Grant atlas of anatomy 13th edition. Wolter Kluwer. 2013
Keith L.M., Anne M.R. Agur. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates.

Kamis, 24 Maret 2016

Embriologi Sistem Urinary

Embriologi Sistem Urinary

Sistem urinary berasal dari mesoderm intermediet, sama seperti sistem genital. Sistem urinary terdiri dari ginjal, ureter, urinary bladder, dan uretra.

Embriologi Ginjal 

Pembentukan ginjal berlangsung secara overlapping dengan 3 tahap, yaitu: pronefros, mesonefros, dan metanefros.

Pronefros 

Pembentukan pronefros diawali pada minggu ke-4, yang membentuk 7-10 solid group cell nefrotom (pada bagian servikal), nefrotom akan berhenti berkembang sebelum nefrotom bagian kaudal terbentuk. Pada akhir minggu ke 4 semua sistem pronefros akan menghilang. 

Mesonefros

Selama pronefros menghilang terbentuklah mesonefros beserta salurannya (mesonefrik duct). mesonefros awalnya berbentuk seperti huruf  "S". Setelah itu mesonefros akan memanjang membentuk kapsula bowman pada ujungnya terdapat kapiler yang akan berkembang menjadi glomerulus. Kapsula bowman dan glomerulus dapat juga disebut korpuskel renalis, pada fase ini juga membentuk saluran yaitu wolfii duct.
Setelah pertengahan bulan ke-2 bagian cranial dan glomerulus akan menghilang, tetapi bagian caudal dan mesofrenik duct tetap pada laki-laki membentuk sistem genital sedangkan pada wanita akan menghilang.

Metanefros

Terbentuk pada minggu ke-5, metanefos terdiri dari 2 bagian secara embriologi: colecting system (berasal dari ureteric bud), excretory system (berasal dari metafrenic blestema)
  • Colecting system
Terdiri dari renal pelvis, kalix mayor, kalix minor, colecting tubulus.
berasal dari ureteric bud, awalnya uteric bud akan memanjang (renal pelvis) dan pecah menjadi 2 yang memasuki mesofrenik blestema (kalix mayor). Selanjutnya akan terus bergenerasi sampai generasi ke 12 atau biasanya sampai akhir bulan ke-5. generasi ke-2 akan membesar dan menelan generasi ke-3 dan ke-4 sehingga terbentuklah kalix minor. generasi ke-5 dan seterusnya akan membentuk colecting tubulus sekitar 1- 3 juta. 
  • Excretory system
Berasal dari metanefik blestema. berawal dari renal vesikel yang memanjang dan berkembang menjadi bentuk "S". Kapiler-kapilernya akan menjadi glomerulus, yang dibagian proksimalnya akan menjadi kapsula bowman sedangkan bagian distal akan membuka hubungan dengan ureteric bud yang terus berkembang menjadi nefron yang terdiri dari: tubulus contortus proksimal, loop henle, tubulus kontortus distal.  
Nefron akan terbentuk sampai lahir yang jumlahnya sekitar 1 juta unit. Janin sudah bisa memproduksi urine saat glomerulus terbentuk kira-kira minggu ke-10. Sedangkan minggu ke-12 ginjal sudah dapat berfungsi sebagai organ.

Embriologi Urinary Bladder

Terbentuk pada minggu ke 4-7 dengan membagi kloaka menjadi 2 bagian yaitu urogenital sinus dan anal canal. Urinary bladder terbentuk dari urogenital sinus yang paling besar dan terletak paling atas. tetapi ada 1 bagian didalam urinary bladder yang berasal dari mesofrenik duct yaitu trigonom.

Embriologi Uretra

Terbentuk pada akhir bulan ke-3. uretra berasal dari 2 sumber yang berbeda: epitel (berasal dari endoderm), penyokong berasal dari mesoderm splanchnic. bagian epitel akan berploriferasi menjadi kelenjar prostat pada laki-laki dan kelenjar uretra dan parauretra pada perempuan. 

Referensi:
T.W. Sadler. Langman's Medical Embriology 8th edition